Cerpen Terbaru: Cinta Yang Menjadi Pengkhianatan



Hujan Seoul jatuh seperti air mata digital, setiap tetes memecah cahaya neon kota menjadi serpihan-serpihan kenangan. Di apartemen minimalis dengan pemandangan Namsan Tower yang redup, Ara menatap layar ponselnya. Chat terakhir dari Seojun, "Sampai jumpa besok, sayang," tertinggal dua bulan lalu. Tidak ada besok. Hanya aroma kopi yang pahit dan sisa-sisa notifikasi yang dulu terasa manis, kini menyayat hati.

Cinta mereka tumbuh di antara notifikasi dan meme konyol. Seojun, dengan senyumnya yang menenangkan dan jemarinya yang lincah memainkan piano, adalah semua yang Ara impikan. Mereka bertemu di aplikasi kencan, sebuah pertemuan virtual yang menjelma menjadi realita yang begitu indah. Kencan pertama di kafe buku, aroma kopi yang bercampur dengan keharuman kertas, dan tatapan mata yang saling mengunci. Mereka berbagi mimpi, ketakutan, bahkan playlist lagu favorit.

Namun, di balik wallpaper ponsel yang menampilkan foto mereka berdua, ada keretakan yang tak terdeteksi. Ara mulai merasakan ada yang disembunyikan Seojun. Telepon yang dimatikan tiba-tiba, pertemuan yang dibatalkan dengan alasan yang meragukan, dan tatapan mata yang menghindar saat Ara bertanya tentang pekerjaannya. Ara mencoba mengabaikannya, meyakinkan dirinya bahwa semua baik-baik saja. Tapi, hatinya menjerit.

Suatu malam, saat hujan mengguyur kota dengan lebih deras dari biasanya, Ara menemukan password ponsel Seojun. Rasa bersalah menusuknya, tetapi rasa penasaran mengalahkannya. Dan kemudian, ia melihatnya. Foto-foto Seojun dengan seorang wanita lain, pesan-pesan mesra yang jauh lebih intim dari yang pernah Ara terima, dan bukti-bukti yang tak terbantahkan bahwa Seojun telah mengkhianatinya.

Dunia Ara runtuh. Semuanya yang mereka bangun bersama, mimpi-mimpi yang mereka rajut, janji-janji yang mereka ucapkan, semuanya hancur menjadi debu digital. Perasaan kehilangan menyelimutinya, sebuah kekosongan yang bahkan kopi termahal pun tak mampu mengisinya. Ia ingin berteriak, menangis, memaki, tapi tenggorokannya tercekat.

Setelah berhari-hari terkurung dalam kamar, Ara memutuskan untuk bangkit. Ia menghapus semua foto Seojun dari ponselnya, memblokir nomornya, dan mengumpulkan semua barang pemberiannya ke dalam sebuah kotak. Ia tidak akan membiarkan dirinya larut dalam kesedihan. Ia akan membalas dendam, bukan dengan teriakan dan air mata, tapi dengan keheningan.

Di hari ulang tahun Seojun, Ara mengirimkan sebuah pesan terakhir: sebuah screenshot dari percakapan mereka di awal hubungan mereka, saat Seojun mengatakan, "Aku janji, aku tidak akan pernah menyakitimu." Di bawahnya, Ara hanya menulis satu kata: "TERIMA KASIH."

Ara kemudian pergi ke kafe buku tempat mereka pertama kali bertemu. Ia memesan kopi favoritnya, membuka sebuah buku baru, dan tersenyum. Bukan senyum bahagia, tapi senyum kepuasan. Ia tahu, pesan itu akan membakar Seojun dari dalam, lebih menyakitkan dari seribu kata makian. Ia telah memutuskan untuk menutup segalanya tanpa kata.

Seojun, pria yang pernah dicintainya sepenuhnya, kini hanyalah sebuah kenangan yang akan ia hapus perlahan. Ia melangkah keluar kafe, merasakan hujan yang mulai mereda, dan menarik napas dalam-dalam.

Masa depannya kini kosong, namun terasa lebih ringan…

You Might Also Like: Something New Eurowings Discover

Post a Comment

Previous Post Next Post