Dracin Terbaru: Senyum Yang Tumbuh Di Atas Luka



Senyum yang Tumbuh di Atas Luka

Dunia ini adalah Wi-Fi yang putus-putus. Sinyal cinta hilang timbul seperti chat yang tak pernah terkirim. Awan mendung permanen menggantung di atas kota, menolak mentah-mentah kehadiran pagi. Di tengah kekacauan absurd ini, muncullah Mei.

Mei, si gadis berambut hujan dengan senyum setipis lapisan es. Dia hidup di antara puing-puing masa lalu yang masih berbau kenangan; kaset rusak, foto polaroid yang memudar, dan lagu-lagu cinta yang diputar berulang-ulang di radio butut. Dia menunggu. Menunggu seseorang yang namanya terukir di setiap sudut hatinya, seseorang yang seharusnya ada.

Sementara itu, jauh di menara kaca yang menjulang tinggi, di tengah gemerlap neon dan deru mobil terbang, hiduplah Kai. Kai, si pemuda dengan mata setajam algoritma, terperangkap di masa depan yang terasa hampa. Dia mengutak-atik kode, meretas realitas, mencari sesuatu yang hilang. Sesuatu yang bukan sekadar data, melainkan sebuah rasa. Dia merasa... kurang.

Mereka terpisah oleh waktu, oleh dimensi yang retak. Namun, ada benang tak kasat mata yang menghubungkan mereka: sebuah aplikasi aneh bernama "ECHO". Aplikasi itu mengirimkan pesan-pesan acak, potongan-potongan ingatan, snippet mimpi. Mei menerima pesan-pesan dari masa depan, kata-kata Kai yang penuh kerinduan. Kai menerima balasan dari masa lalu, curahan hati Mei yang penuh penantian.

"Apakah kau melihat bintang-bintang malam ini?" tulis Mei, suatu malam.

"Bintang-bintang hanya pantulan digital di langit-langit kamarku," balas Kai, terasa perih.

Namun, di setiap pesan, di setiap baris kode dan bait lagu, senyum mulai tumbuh. Senyum yang menembus waktu, yang mekar di atas luka masa lalu dan kehampaan masa depan. Mereka jatuh cinta pada gema satu sama lain.

Suatu hari, ECHO mengirimkan pesan terakhir: sebuah lokasi, sebuah koordinat. Mei dan Kai memutuskan untuk bertemu, masing-masing berharap bisa melompati jurang waktu.

Mereka bertemu di sebuah taman yang sepi, di bawah pohon sakura yang tak pernah berbunga. Mei mengenakan gaun vintage yang lusuh. Kai memakai jaket futuristik yang dingin. Mereka saling menatap. Ada keakraban yang aneh, seperti melihat pantulan diri di cermin yang buram.

Kemudian, kebenaran menampar mereka seperti realitas virtual yang tiba-tiba glitch. Mereka bukan dua orang yang terpisah waktu. Mereka adalah fragmen dari satu jiwa yang sama, terpecah belah oleh trauma masa lalu yang belum selesai. Cinta mereka adalah gema, sebuah loop tanpa akhir, sebuah kehidupan yang tak pernah benar-benar hidup.

Di saat itu, dunia di sekitar mereka mulai bergetar. Aplikasi ECHO menutup diri. Langit terbelah, memperlihatkan kehampaan di baliknya.

Dan sebelum semuanya benar-benar padam, Kai berbisik: Apakah kita akan bertemu lagi di garis waktu yang lain…?

You Might Also Like: Ini Baru Cerita Kau Menatapku Di Tengah

Post a Comment

Previous Post Next Post