Ini Baru Cerita! Kau Menangis Di Pelukanku, Lalu Kembali Pada Dia Dengan Senyum Palsu



Kau Menangis di Pelukanku, Lalu Kembali pada Dia dengan Senyum Palsu

Aula keemasan istana bergemerlapan di bawah ratusan lilin. Ukiran naga dan phoenix, simbol kekuasaan abadi, mengawasi setiap gerak. Namun, di balik kemegahan itu, hawa dingin merayap. Tatapan tajam para pejabat bagai belati terhunus, siap menusuk siapa saja yang lengah. Bisikan pengkhianatan, seperti ular berbisa, meliuk di balik tirai sutra yang mahal. Ini bukan istana, ini ARENA.

Di tengah pusaran intrik ini, Pangeran Li Wei, pewaris takhta yang dingin dan ambisius, menemukan dirinya terikat pada seorang wanita yang hatinya adalah labirin tersembunyi. Namanya Mei Lan, seorang selir kesayangan Kaisar.

Li Wei tahu, mencintai Mei Lan adalah VONA bunuh diri politik. Kaisar adalah penguasa lalim, dan Mei Lan adalah permata mahkota-Nya. Namun, setiap kali mata mereka bertemu, dunia seolah berhenti berputar. Di taman terlarang, di bawah naungan pohon persik yang sedang mekar, mereka mencuri waktu untuk saling mencintai.

"Li Wei," bisik Mei Lan suatu malam, air mata membasahi bahu sang pangeran. "Aku terperangkap. Di sini, di istana ini, aku seperti burung dalam sangkar emas."

Li Wei memeluknya erat. "Aku akan membebaskanmu, Mei Lan. Aku akan membawamu pergi dari tempat ini." Janji itu diucapkan di bawah sumpah bintang, disaksikan oleh rembulan yang pucat.

Namun, cinta di istana adalah permainan takhta. Setiap janji bisa menjadi pedang. Li Wei membutuhkan Mei Lan untuk naik takhta. Dia tahu, informasi yang dimiliki Mei Lan tentang Kaisar sangat berharga. Mei Lan, di sisi lain, mencintai Li Wei, tetapi kesetiaannya pada Kaisar, yang telah menyelamatkannya dari jalanan, tetap menjadi belenggu yang tak terlihat.

Maka dimulailah permainan berbahaya. Li Wei menggunakan Mei Lan untuk mendapatkan informasi, memperalat perasaannya untuk melancarkan rencananya. Mei Lan, dengan senyum palsu yang dipoles sempurna, menutupi kesedihannya, menjadi mata dan telinga Li Wei di istana. Ia bermain dalam sandiwara ini, mengkhianati Kaisar yang pernah memberinya tempat berteduh.

Suatu malam, Li Wei berhasil menggulingkan Kaisar. Darah membasahi lantai aula keemasan. Kemenangan terasa pahit di lidah Li Wei. Ia mendapati Mei Lan berdiri di sampingnya, matanya kosong.

"Kau menang," kata Mei Lan, suaranya hancur. "Kau mendapatkan takhtamu."

Li Wei meraih tangannya. "Kita akan memerintah bersama, Mei Lan. Kita akan membangun kerajaan baru."

Mei Lan menepis tangannya. Senyum sinis terukir di bibirnya. "Kau salah, Pangeran. Aku tidak pernah mencintaimu."

Kemudian, dengan anggun mematikan, Mei Lan mengungkapkan bahwa ia telah meracuni Li Wei secara perlahan. Setiap malam, di setiap ciuman, di setiap minuman yang mereka bagi, racun itu masuk ke dalam tubuh Li Wei.

"Aku tahu kau hanya menginginkanku untuk kekuasaanmu," bisik Mei Lan, matanya berkilat dingin. "Aku adalah alatmu, dan sekarang, kau adalah korbanku." Ternyata, Kaisar mengetahui pengkhianatan Mei Lan, dan memintanya untuk berbalik menyerang Li Wei. Itulah cara membalas budi yang diajarkan Kaisar padanya.

Li Wei jatuh berlutut, napasnya tersengal. Ia menatap Mei Lan dengan tak percaya. "Kenapa?"

Mei Lan mengangkat dagunya tinggi-tinggi. "Karena aku tidak akan menjadi bidak dalam permainan siapa pun lagi." Balas dendamnya terasa dingin, elegan, dan MEMATIKAN!

Tahta itu kosong, menunggu penguasa baru, sementara Mei Lan tersenyum, mengetahui bahwa SEJARAH BARU SAJA MENULIS ULANG DIRINYA SENDIRI...

You Might Also Like: 0895403292432 Jualan Skincare Jualan

Post a Comment

Previous Post Next Post