Lorong yang Sunyi
Kabut PEKAT menyelimuti Gunung Tai seperti selubung duka. Di lorong istana yang sunyi, hanya langkah kaki yang menggema, seolah menari dengan bisikan angin. Pangeran Li Wei, yang dulu dianggap mati oleh tikaman pengkhianat, kini kembali. Wajahnya, dulu cerah, kini dipahat oleh penderitaan dan rahasia. Jubahnya yang sederhana menutupi aura kekuasaan yang tak terelakkan.
Di ujung lorong, di bawah lentera yang berkedip, berdiri Pangeran Zhao Yun, kakaknya, sang Kaisar. Wajahnya tampak lebih tua dari usianya, terbebani oleh tahta yang ia rebut dengan darah.
"Li Wei," ucap Zhao Yun, suaranya serak. "Kukira kau sudah menjadi abu."
Li Wei tersenyum tipis, senyum yang tak mencapai matanya. "Abu memang bisa tertiup angin, Kakak. Tapi terkadang, angin membawa abu itu kembali."
Pertemuan dalam Kabut
Dialog mereka bagai pedang yang terhunus perlahan.
Zhao Yun: "Mengapa kau kembali? Apa yang kau inginkan?"
Li Wei: "Bukankah jelas? Aku ingin apa yang menjadi hakku. Tahta ini."
Zhao Yun tertawa hambar. "Tahta ini sudah menjadi milikku. Kau pikir, setelah bertahun-tahun, kau bisa merebutnya begitu saja?"
Li Wei mendekat, langkahnya mantap. "Aku membunuh untuk tahta ini, Zhao Yun. Aku menodai tanganku dengan darah orang-orang tak bersalah, demi ambisimu. Tapi, hatiku mati ketika aku kehilanganmu."
Zhao Yun tertegun. "Kehilanganku? Apa maksudmu?"
Li Wei berhenti tepat di depannya, menatapnya dengan intensitas yang menusuk. "Kau tahu persis apa maksudku. Malam itu, ketika aku menemuimu di paviliun Bulan. Kau bilang kau ingin tahta ini. Kau bilang, aku adalah satu-satunya yang bisa membantumu."
Kebenaran yang Tersembunyi
Suasana berubah MENEGANGKAN. Kabut di luar seolah meresap ke dalam istana, membawa aura pengkhianatan yang pahit.
"Kau... kau berbohong," desis Zhao Yun.
Li Wei menggeleng. "Tidak. Kau yang berbohong. Kau menyuruhku membunuh saudara-saudara kita. Kau menjanjikan cinta dan kesetiaan. Tapi setelah tahta di tanganmu, kau mencoba membunuhku."
Zhao Yun mundur selangkah. "Aku... aku terpaksa. Penasihat istana memaksa..."
Li Wei tertawa, tawa tanpa kebahagiaan. "Terpaksa? Atau kau memang menginginkan semua ini? Kau menginginkan kekuasaan tanpa harus mengotori tanganmu?"
Tiba-tiba, Li Wei menarik belatinya. Kilatan perak di bawah cahaya lentera. Namun, ia tidak menyerang Zhao Yun. Ia mengarahkan belati itu ke dirinya sendiri.
"Aku kembali bukan untuk merebut tahta ini," bisiknya, suaranya bergetar. "Aku kembali untuk menghancurkan ilusi yang telah kau ciptakan."
Ia menusuk dirinya sendiri. Darah membasahi jubahnya. Zhao Yun berteriak, mencoba meraihnya, namun terlambat.
Li Wei terhuyung dan jatuh ke pelukan Zhao Yun. Di saat-saat terakhirnya, ia berbisik, "Kau pikir aku korban? Kau salah. Aku yang menciptakan skenario ini. Aku yang membimbingmu ke tahta ini. Dan kini, aku yang akan menarik tahta itu dari bawah kakimu."
Akhir yang Menggetarkan
Dengan napas terakhirnya, Li Wei menatap Zhao Yun dengan senyum dingin.
Dan saat itulah, Zhao Yun menyadari, ia hanyalah bidak dalam permainan Li Wei, bahkan dari awal.
You Might Also Like: Fakta Menarik Sunscreen Mineral Untuk