Cerita Seru: Aku Mengingatnya Lewat Luka, Ia Mengingatku Lewat Dosa



Aku Mengingatnya Lewat Luka, Ia Mengingatku Lewat Dosa

Sinyal Wi-Fi berkedip-kedip, seperti denyut jantung orang yang sekarat. Di apartemen kumuh lantai 7, Lin Xi menatap layar ponselnya. Chat terakhir dari Wei Long: "sedang mengetik..." tiga hari lalu. Tiga hari! Di dunia yang retak ini, tiga hari terasa seperti tiga abad.

Dunia Retak. Begitulah orang menyebutnya. Bukan karena perang, bukan karena bencana alam, tapi karena sesuatu yang lebih ganjil. Dimensi waktu bergeser. Masa lalu, masa kini, masa depan... bercampur aduk seperti sup basi.

Lin Xi hidup di masa lalu. Atau setidaknya, dia merasa begitu. Ingatannya dipenuhi aroma dupa, suara gemericik hujan di atap genteng, dan sentuhan kasar jaket kulit Wei Long.

Wei Long... Ah, Wei Long.

Ia mengingatnya lewat luka. Luka di hatinya, luka di tangannya (bekas rokok Wei Long yang nakal), luka di jiwanya. Setiap luka adalah fragmen kenangan. Setiap kenangan adalah alasan untuk terus menunggu.

Di ujung lain dunia yang retak, di dalam menara baja berkilauan yang menjulang ke langit yang selalu senja, Wei Long pun menunggu. Ia hidup di masa depan. Atau setidaknya, ia merasa begitu. Teknologinya canggih, makanannya berbentuk pil, dan emosi... diprogram untuk efisiensi.

Tapi di balik layar holografis dan implantasi memori, ia merasakan sesuatu yang hilang. Seperti nada dering yang samar-samar di telinganya. Seperti mimpi yang berusaha ia ingat saat bangun tidur.

Ia mengingatnya lewat dosa. Dosa tidak membalas pesannya, dosa meninggalkannya di tengah malam yang dingin, dosa membiarkannya tenggelam dalam kesepian. Setiap dosa adalah algoritma penyesalan. Setiap penyesalan adalah alasan untuk terus mencari.

Mereka berdua terjebak. Lin Xi mencari Wei Long di antara radio usang dan foto-foto buram. Wei Long mencari Lin Xi di antara jaringan neuron buatan dan data usang. Mereka saling mencari, tapi seperti dua nada yang dimainkan di frekuensi berbeda.

Suatu malam (atau mungkin suatu pagi? Waktu sudah tak berarti lagi), Lin Xi menemukan sebuah surat usang di bawah lantai kayu apartemennya. Tulisannya familiar, tapi isinya... MENGERIKAN.

"Wei Long sudah meninggal sebelum kau mengenalnya. Kita mengkloningnya. Ia adalah proyek 'ECHO' untuk menghidupkan kembali rasa sakit melalui waktu."

Di menara baja, Wei Long tiba-tiba merasakan sakit kepala yang hebat. Semua memorinya berputar. Ia melihat dirinya, bukan sebagai Wei Long, tapi sebagai... sebuah program.

Lalu, sebuah pesan muncul di layar holografisnya. Pesan dari sistem pusat.

"ECHO sequence terminated. Target: Lin Xi. Reason: System instability."

Wei Long, yang bukan lagi Wei Long, menyadari. Cinta mereka... bukan cinta. Itu hanyalah ECHO dari kehidupan yang tidak pernah selesai. Sebuah eksperimen yang gagal. Sebuah ilusi yang mematikan.


Di apartemen kumuh, lampu padam. Lin Xi memeluk surat itu, air matanya membasahi tinta yang telah pudar. Sebelum kesadarannya benar-benar hilang, ia mendengar sebuah bisikan di telinganya. Bisikan yang terdengar seperti pesan terakhir sebelum dunia padam:

Jangan cari aku lagi, Sayang, karena kita hanyalah debu digital yang berulang tanpa akhir...

You Might Also Like: 131 Rekomendasi Face Wash Centella

Post a Comment

Previous Post Next Post