Bunga Shuyun merekah sekali lagi di tebing Wuzhang, seratus tahun setelah tragedi yang mengoyak langit dan bumi. Wang Yuyan, seorang tabib desa yang sederhana, seringkali tanpa sadar memandangi lembah itu, hatinya dipenuhi kerinduan yang TAK TERJELASKAN. Seolah ada bagian dari dirinya yang hilang, terdampar di masa lalu yang kelam.
Di sisi lain, Li Wei, seorang pendekar pedang muda dengan reputasi yang meroket, dihantui mimpi-mimpi yang sama. Dalam tidurnya, ia melihat wajah seorang wanita, wajah yang indah namun dipenuhi kepedihan. Ia mendengar suara lirih yang menyebut namanya, bukan sebagai Li Wei, melainkan sebagai... "Zhen... Zhen'er..."
Suatu hari, Li Wei tiba di desa tempat Wang Yuyan tinggal, mencari obat untuk luka yang didapatkannya saat melawan sekte sesat. Ketika mata mereka bertemu, dunia seolah berhenti berputar. Ada pengakuan yang instan, resonansi jiwa yang melampaui ruang dan waktu.
"Suara itu..." bisik Li Wei, merasakan dadanya sesak. "Aku... aku pernah mendengarnya..."
Yuyan terdiam, matanya berkaca-kaca. "Aku... aku merasa mengenalmu sepanjang hidupku, meskipun aku baru melihatmu sekarang."
Pertemuan mereka menandai dimulainya perjalanan yang berbahaya. Mereka tahu, entah bagaimana, takdir telah mempertemukan mereka kembali. Li Wei memiliki pedang pusaka keluarganya, Bulan Sabit, pedang yang diyakini membawa kenangan terakhir pemiliknya. Pedang inilah yang menjadi kunci untuk membuka tabir masa lalu mereka.
Setiap kali Li Wei berlatih dengan Bulan Sabit, bayangan-bayangan masa lalu muncul di benaknya. Kilasan pertempuran, pengkhianatan, dan janji yang diucapkan di bawah pohon Shuyun yang mekar. Yuyan, dengan kemampuan membaca meridian dan energi, membantu Li Wei menafsirkan bayangan-bayangan tersebut.
Perlahan, misteri masa lalu mereka terkuak. Seratus tahun yang lalu, Li Wei bukanlah Li Wei, melainkan Zhen, seorang jenderal yang mengabdi pada kerajaan. Yuyan, yang saat itu bernama Lin Mei, adalah putri kerajaan yang dicintainya. Namun, kebahagiaan mereka dirampas oleh intrik istana dan pengkhianatan sahabat. Zhen dijebak dan dihukum mati atas kejahatan yang tidak dilakukannya, sementara Lin Mei meninggal karena patah hati dan dendam.
Janji terakhir yang mereka ucapkan di bawah pohon Shuyun adalah janji untuk bertemu kembali, untuk membalas dendam atas ketidakadilan yang mereka alami.
Akan tetapi, ketika kebenaran terungkap sepenuhnya, Yuyan dan Li Wei menyadari bahwa balas dendam tidak akan membawa kedamaian. Mereka belajar bahwa kebencian hanya melahirkan kebencian, dan lingkaran setan ini harus dihentikan. Alih-alih membalas dendam dengan kemarahan, mereka memilih untuk membalas dendam dengan keheningan dan pengampunan yang mendalam.
Mereka mengungkap kebenaran kepada dunia, membuktikan bahwa Zhen tidak bersalah dan Lin Mei adalah korban konspirasi. Mereka membersihkan nama mereka, bukan dengan darah, tetapi dengan kebenaran.
Di akhir cerita, Li Wei dan Wang Yuyan berdiri di bawah pohon Shuyun yang mekar, angin sepoi-sepoi menyapu rambut mereka. Tidak ada amarah, tidak ada dendam. Hanya kedamaian dan penerimaan.
"Aku akhirnya mengerti," kata Li Wei, suaranya lembut. "Balas dendam sejati bukanlah tentang menghancurkan musuh, tetapi tentang membebaskan diri dari kebencian."
Yuyan tersenyum. "Dan tentang... mencintai."
Mereka berpegangan tangan, menatap langit yang luas. Masa lalu telah berlalu, tetapi kenangan dan pelajaran tetap ada. Mereka siap untuk membangun masa depan bersama, masa depan yang didasarkan pada cinta dan pengampunan.
Namun, saat mereka berbalik untuk pergi, bisikan samar terdengar dari arah pohon Shuyun, "Jangan lupakan... janji kita yang terdalam..."
You Might Also Like: Mimpi Dicakar Ikan Guppy Inilah Faktanya